Sabtu, 25 Desember 2010

keutamaan berbakti kepada kedua orang tua...

[1]. Merupakan Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.
“Artinya : Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama ?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa ?’ Nabi menjawab : ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi : ‘Kemudian apa ?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ [HR. Bukhari 527, Muslim dlm kitabul iman 85]


[2]. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua
Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan :
“Artinya : Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘ anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” [HR. Bukhari dlm adabul mufrad 2, Ibnu Hibban dlm al mawaarid 2026]

[3]. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat
Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya. Haditsnya sebagai berikut :
“Artinya : ...Pada suatu hari tiga orang dari umat sebelum kalian sedang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di dalamnya, tiba - tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain : ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata : ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak - anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak - anakku merengek - rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak - anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajahMu, maka bukakanlah mulut gua ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser sedikit..”[HR. Bukhari 2272, Muslim 2743]

[4]. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya : Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahimnya.” [HR. Bukhari 5985-5986, Muslim 2557]
Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara - saudara kita yang sering berkunjung kepada teman - temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.

[5]. Akan Dimasukkan Ke Surga oleh Allah ‘Azza wa Jalla Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa - dosa yang Allah ‘Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.

peringatan untuk kita

Adalah seorang pemuda yang tengah berjalan- jalan ditepi hutan untuk mencari udara segar, ketika dia tengah berjalan, tiba -tiba terdengarlah Bunyi auman suara harimau…


Auuuummmm… .!!!!!

Seekor harimau yang sedang lapar Dan mencari mangsa untuk mengisi perutnya Dan tiba-tiba Sudah berada dihadapan pemuda . pemuda tadi karena takut, diapun berlari semampu dia bisa, Harimau yang sedang lapar tentunya tidak Begitu saja melepas mangsa empuk di depan matanya, harimau itupun mengejar pemuda tadi. Ditengah kepanikkannya, pemuda tadi masih sempat
Berdoa, agar diselamatkan dari terkaman harimau,…rupanya doanya dikabulkan, dalam pelariannya dia melihat sebuah sumur tua,..terlintas Dibenaknya untuk masuk kedalam sumur itu,..karena harimau pasti tidak akan mengejarnya ikut masuk kesumur
tersebut.

Beruntungnya lagi ternyata sumur tersebut ditengahnya Ada tali menjulur ke bawah, jadi pemuda tadi tidak harus melompat yang mungkin saja bisa membuat kakinya patah
karena dalamnya sumur tersebut. Tapi ternyata tali itu pendek Dan takkan sanggup membantu dia sampai kedasar sumur, hingga akhirnya dia bergelayut ditengah- tengah sumur, ketika tengah bergelayut
Dia menengadahkan mukanya keatas ternyata harimau tadi masih menunggunya dibibir sumur, Dan ketika dia menunduk kebawah, terdengar suara kecipak air,..setelah diamati ternyata Ada 2 ekor buaya yang ganas yang berusaha menggapai badannya,.

Ya Allah bagaimana ini, diatas aku ditunggu harimau, dibawah buaya siap menerkamku, ketika dia tengah berpikir caranya keluar, tiba-tiba dari Pinggir sumur yang Ada lobangnya keluarlah seekor tikus putih ..ciiit…ciiit. .. ….ciit…yang naik meniti tali pemuda tadi Dan mulAI menggerogoti tali pemuda tadi,..belum hilang keterkejutannya dari lobang Satunya lagi muncul seekor tikus hitam yang melakukan hal sama seperti tikus putih menggerogoti tali yang dipakai pemuda tuk bergelantungan. Waduh …jika tali ini putus, .habislah riwayatku dimakan buaya..!!! Cemas dia berpikir,… jika aku naik keatas ….sudah pasti harimau menerkamku,. ..jika menunggu disini…lama- lama tali ini akan putus Dan Buaya dibawah siap menyongsongku. .. Saat itulah dia mendengar dengungan rombongan lebah yang sedang mengangkut madu untuk dibawa kesarang

Mereka,..dia mendongakkan wajahnya keatas..Dan tiba-tiba jatuhlah setetes madu dari lebah itu langsung tertelan ke mul UT pemuda tadi. Spontan pemuda tadi berkata…Subhanall ah ..Alangkah manisnya madu Ini,..baru sekali ini aku merasakan madu semanis Dan selezat ini…!!! Dia lupa akan ancaman buaya Dan harimau tadi.

Tahukah kamu, inti dari cerita diatas…Huh
Pemuda tadi adalah Kita semua, harimau yang mengejar adalah maut Kita, ajal memang selalu mengejar. Kita. Jadi ingatlah akan mati. Dua ekor buaya adalah malaikat munkar Dan nakir yang menunggu Kita di alam kubur Kita nantinya . Tali tempat pemuda bergelayut adalah panjang umur Kita,..jika talinya panjang maka pendeklah umur Kita,
jika talinya pendek maka panjanglah Umur Kita. Tikus putih Dan tikus hitam adalah dunia Kita siang Dan juga malam yang senantiasa mengikis umur Kita.Diibaratkan di cerita tadi tikus yang menggerogoti tali pemuda.Madu setetes adalah nikmat dunia yang hanya sebentar. Bayangkan madu setetes tadi masuk ke muut pemuda,…sampai dia lupa akan ancaman harimau Dan buaya,.. begitulah Kita, ketika Kita menerima nikmat sedikit, Kita lupa kepada Allah.Ketika susah baru ingat kepada Allah.. Astaghfirullah

untuk itu manfaatkanlah hidup kita yang sedikit dan pendek ini untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan beribadah kepadanya menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena kita tidak tahu kapan akhir dari hidup kita ini.

Jumat, 24 Desember 2010

cukuplah mati menjadi nasehat untuk mu....

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!" (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.

Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga

Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)."

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata.Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, "Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: 'Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul...."

Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa

Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan 'habis', usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.

Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa

Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan.

Cuma kain kafan itu.

Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.

Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara

Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga

Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia..." dengan menyebut, "Ad-Dun-ya mazra'atul akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat)


Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

Akhirnya, Alhamdulillah tuntas sudah. Mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan dari penyampaian saya, ini hanya semata-mata kebodohan saya secara pribadi dan kebenarannya semoga menjadi Ilmu Allah yang bermanfaat.

Selamat menjalankan ibadah puasa buat semuanya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

sebuah renungan




Ketika permasalahan hidup membelit dan kebingungan serta kegalauan mendera rasa hati. Ketika gelisah jiwa menghempas-hempas. Ketika semua pintu solusi terlihat buntu. Dan kepala serasa hendak meledak: tak mengerti apalagi yang mesti dilakukan. Tak tahu lagi jalan mana yang harus ditempuh. Hingga dunia terasa begitu sempit dan menyesakkan.

Ketika kepedihan merujit-rujit hati. Ketika kabut kesedihan meruyak, menelusup ke dalam sanubari. Atas musibah-musibah yang beruntun mendera diri. Apalagi yang dapat dilakukan untuk meringankan beban perasaan? Apalagi yang dapat dikerjakan untuk melepas kekecewaan?

Ketika kesalahan tak sengaja dilakukan. Ketika beban dosa terasa menghimpit badan. Ketika rasa bersalah mengalir ke seluruh pembuluh darah. Ketika penyesalan menenggelamkan diri dalam air mata kesedihan. Apa yang dapat dilakukan untuk meringankan beban jiwa ini?

Allah berfirman, “Barangsiapa bertakwa kepada-Nya, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”

Rasulullah bersabda, “Ikutilah kesalahan dengan amal baik, niscaya ia akan menghapus dosa-dosamu.”

Ibnul Jauzi pernah berkata, “aku pernah dihimpit permasalahan yang membuatku gelisah dan galau berlarut-larut. Kupikirkan dan kucari solusi dengan segala cara dan usaha. Tapi aku tidak menemukan satu jalan pun untuk keluar darinya, hingga kutemukan ayat itu. Maka kusadari, bahwa jalan satu-satunya keluar dari segala kegalauan adalah ketakwaan. Dan ketika jalan ketakwaan itu kutempuh, tiba-tiba Allah sudah lebih dulu menurunkan penyelesaian. Maha suci Allah”.

Sungguh kita semua pasti pernah merasakan kebuntuan hati. Seolah semua jalan keluar sudah tertutup rapat. Maka saat itulah kita baru menyadari betapa lemahnya kita dan betapa besarnya kekuasaan Allah SWT.

Menyadari kelemahan bukan berarti pasrah sebelum ikhtiar. Bukan pula pembenaran atas segala kesalahan dan kecerobohan. Namun sebagai bentuk bersandarnya hati pada Dzat yang Maha Besar yaitu Allah SWT, manakala semua langkah ikhtiar untuk keluar dari permasalahan sudah dicoba.

Saudaraku…. Tapakilah jalan takwa, niscaya akan datang pertolongan Allah. Dan segala kegelisahan pun akan segera sirna. Wallahu a’lam.

Jumat, 17 Desember 2010

kelebihan dan kekurangan manusia


Manusia adalah dilahirkan sebagi manusaia yang tidak sempurna akan tetapi kita wajib mengejar kesempuranaan karna kita memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat membatu kita dalam proses pembenahan diri allah tidak begitu saja menciptakan kita melaikan dengan segala kesangupan dan kelemahan kita mari kiranya kita mencoba memehami diri kita dengan hal hal di bawah ini
Kelebihan manusia ialah :
  1. Dijadikan Allah sebagai khalifah (wakil) di bumi (Surat 2:30; surat 6:122). Tentu penunjukkan ini menjelaskan bahwa manusia itu memiliki kelebihan yang banyak
  2. Dimuliakan Allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain (Surat 17:70)
  3. Diberi alat indera dan akal (Surat 16:78; surat 30:8). Karena diberi akal itulah maka manusia harus mempertanggungjawabkan segala keputusannya.
  4. Tempat tinggal yang lebih baik dibandingkan dengan makhluk lain dan diberi rezeki (Surat 70:10)
  5. Memiliki proses regenerasi yang teratur melalui perkawinan. Lembaga perkawinan tidak diberikan kepada selain manusia.
  6. Diberi daya berusaha dan usahanya dihargai (Surat 53:79)
Adapun kelemahan manusia ialah :
  1. Manusia adalah makhluk yang lemah (Surat 4:28). HAMKA menambahkan bahwa kelemahan manusia itu terutama ialah lemah dalam mengendalikan hawa nafsu syahwat dan oleh karena itu Allah memberikan jalan keluar boleh poligami sampai empat asal sanggup adil
  2. Manusia memiliki kecenderungan nakal. Allah melukiskan kenakalan manusia itu di dalam Al Qur’an. Apabila manusia ditimpa bahaya maka ia berdo’a kepada Allah, tetapi bila ia lepas dari bahaya itu ia kembali ke jalan sesat seolah-oleah dia tidak pernah berdo’a kepada Allah (Surat 10:12; surat 39:8) dan bila manusia memperoleh nikmat ia berkata bahwa nikmat itu berasal dari usaha dan kepintarannya sendiri (Surat 39:49).
  3. Manusia itu sombong, tidak mau berterima kasih dan mudah putus asa. Tatkala manusia itu memperoleh nikmat dari Allah, ia berpaling dari Allah dengan sikap sombong, bila ditimpa kesusahan ia mudah putus asa (Surat 17:67; surat 22:66; surat 100:06; surat 11:09, surat 41:51). Sifat ini akan mempersulit mendidik manusia.
  4. Manusia itu sering mencelakakan diri sendiri. Manusia lahir dengan anggota badan lengkap; ini merupakan kenikmatan dari Allah. Tetapi nikmat ini tidak disyukuri, bahkan manusia sering melakukan sesuatu yang mencelakakan diri sendiri seperti minum minuman keras, mencuri, berjudi. Perbuatan itu sebenarnya diketahuinya akan mencelakakan dirinya dan orang lain.
  5. Manusia itu senang membantah (Surat 16:4; surat 18:54).
  6. Manusia itu bersifat tergesa-gesa. Ini sering membahayakan dirinya. Bila ia berdo’a kepada Allah ia ingin segera dijabah (Surat 21:37; surat 17:11). Allah mengingatkan agar manusia tidak tergesa-gesa dalam menyelesaikan urusannya (Surat 75:20). Banyak kegagalan dan penyesalan disebabkan oleh ketergesaan manusia.
  7. Manusia itu pelit. Allah melukiskan sifat pelit atau kikir manusia bahwa seandainya seluruh dunia dan isinya diberikan kepada manusia, manusia tetap akan pelit membelanjakan hartanya, manusia itu kikir (Surat 17:100).
  8. Manusia itu adalah makhluk suka mengeluh. Mengeluh itu adalah sifat negative dari pandangan psikologi dan permasalahannya tidak pernah terselesaikan dengan mengeluh bahkan seringkali mengeluh itu menambah rumitnya masalah yang dihadapi. Al Qur’an menjelaskan bahwa manusia suka mengeluh (Surat 70:20)
  9. Manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat maksiat terus menerus dan bertindak melampaui batas (Surat 75:05). Ia memilki nafsu, nafsu itu mudah dipengaruhi hawa. Nafsu yang dikendalikan hawa, yang disebut hawa nafsu, akan selalu mengajak manusia melakukan kejahatan (Surat 12:35). Bila ia melihat dirinya serba cukup maka manusia itu cenderung berbuat melampaui batas (Surat 96:6~7).

Selasa, 14 Desember 2010

10 Nasehat Ibnu Qayyim agar Sabar Menjauhi Maksiat

Berikut ini sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat:

Pertama, hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya.

Kedua, merasa malu kepada Allah… Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya… Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah…

Ketiga, senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu……………
Apabila engkau berlimpah nikmat
maka jagalah, karena maksiat
akan membuat nikmat hilang dan lenyap
Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.

Keempat, merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya

Kelima, mencintai Allah… karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya… Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta.

Keenam, menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya… Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat…

Ketujuh, memiliki kekuatan ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri… karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati…

Kedelapan, memupus buaian angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.

Kesembilan, hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah… waktu senggang dan lapang yang dia miliki… karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan… sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.

Kesepuluh, sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas… yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati… Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat… dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah… Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru.